Berita  

Indonesia di Era Multipolar: Konsistensi Nonblok dan Politik Bebas Aktif

Jakarta – Di tengah dinamika geopolitik global yang kian kompleks, mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), KH. As’ad Said Ali, menegaskan bahwa Indonesia harus kembali pada jati dirinya: menjadi bangsa yang konsisten menjalankan politik bebas aktif dengan semangat Gerakan Nonblok.

Menurutnya, pengalaman sejarah Indonesia pada masa Perang Dingin memberi pelajaran berharga. Ketika dunia terbelah antara Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet, Indonesia justru tampil sebagai pelopor negara-negara Nonblok. Bung Karno kala itu menegaskan sikap politik luar negeri bebas aktif—bebas dari ikatan blok mana pun, tetapi aktif dalam memperjuangkan keadilan internasional.

“Itulah identitas kita. Politik luar negeri bebas aktif menjadikan Indonesia dihormati dunia. Sekarang pun, di era multipolar, prinsip itu tetap relevan, bahkan lebih dibutuhkan,” ujar KH. As’ad Said Ali dalam wawancara eksklusif. 19/8/25.

Geopolitik Multipolar dan Tantangan Baru

As’ad memandang dunia saat ini tengah bergerak ke arah multipolar. Dominasi tunggal Amerika Serikat sudah mulai ditantang oleh kebangkitan Tiongkok, Rusia, Uni Eropa, India, dan kekuatan regional lainnya. Situasi ini melahirkan persaingan yang tajam, terutama di kawasan Indo-Pasifik.

“Tantangan terbesar Indonesia adalah bagaimana menjaga keseimbangan. Jangan terseret dalam rivalitas Amerika dan Tiongkok, jangan pula kehilangan kedaulatan karena terlalu bergantung pada salah satu pihak,” tegasnya.

Selain rivalitas Amerika–Tiongkok, As’ad juga menyoroti dampak konflik Rusia–Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah yang berimbas pada krisis energi dan pangan dunia. Menurutnya, semua negara, termasuk Indonesia, harus waspada terhadap implikasi global yang bisa langsung dirasakan rakyat.

Win-Win Solution sebagai Jalan Tengah

Bagi As’ad, sikap paling strategis bagi Indonesia adalah membangun kerja sama dengan semua pihak, tetapi dengan prinsip win-win solution. “Kerja sama harus saling menguntungkan. Dengan Tiongkok kita bisa fokus pada infrastruktur, dengan Amerika pada teknologi dan investasi, dengan Eropa pada energi hijau, dengan Jepang dan Korea pada industri. Semua tanpa mengorbankan kedaulatan kita,” jelasnya.

Indonesia, lanjutnya, tidak boleh hanya menjadi pasar atau objek kepentingan negara besar. Justru sebaliknya, Indonesia harus mampu memosisikan diri sebagai mitra sejajar yang punya kepentingan nasional jelas.

ASEAN dan Kepemimpinan Indonesia

Dalam percaturan multipolar, As’ad menekankan pentingnya ASEAN sebagai basis kekuatan regional. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki tanggung jawab menjaga soliditas ASEAN agar tidak terpecah akibat tekanan kekuatan besar.

“ASEAN centrality harus dipertahankan. Kalau ASEAN terbelah, semua negara anggotanya akan lemah. Tapi kalau bersatu, ASEAN bisa menjadi kekuatan kolektif yang diperhitungkan,” paparnya.

Peran Global South dan Generasi Muda

As’ad juga menegaskan bahwa Indonesia berpotensi besar menjadi pemimpin suara negara-negara berkembang atau Global South. Dengan jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan ekonomi yang stabil, serta posisi geografis strategis, Indonesia punya modal kuat untuk memainkan peran global.

“Indonesia bisa mengulang peran seperti Bung Karno dan Bung Hatta, yang tidak hanya bicara untuk kepentingan nasional, tetapi juga memperjuangkan negara-negara yang terpinggirkan dalam tata dunia,” kata As’ad.

Ia juga menitip pesan kepada generasi muda Indonesia agar lebih melek geopolitik. “Apa yang terjadi di luar negeri memengaruhi harga pangan, energi, bahkan teknologi yang kalian pakai setiap hari. Jadi jangan apatis. Anak muda harus paham bahwa politik luar negeri itu menyangkut masa depan bangsa,” ujarnya.

Konsistensi sebagai Kunci

Menutup perbincangan, As’ad kembali menegaskan pentingnya konsistensi Indonesia. “Jangan mudah tergoda oleh iming-iming satu pihak, jangan pula takut pada tekanan pihak lain. Indonesia harus berdiri di atas kepentingan nasional, memperjuangkan perdamaian dunia, dan menjaga martabat bangsa. Kalau kita konsisten dengan politik bebas aktif, kita akan dihormati dunia,” pungkasnya.

Di era multipolar yang penuh persaingan, KH. As’ad Said Ali menekankan bahwa Indonesia tidak boleh kehilangan arah. Sebagai negara Nonblok, Indonesia harus konsisten melaksanakan politik bebas aktif, membangun kerja sama dengan semua negara berdasarkan win-win solution, menjaga kedaulatan, dan memainkan peran penting dalam membangun perdamaian dunia. (Red 01)