Berita  

KH As’ad Said Ali: Saatnya Reshuffle Kabinet Ekonomi demi Pertumbuhan Berkualitas

Jakarta – Di balik sosoknya yang tenang dan penuh wibawa, KH As’ad Said Ali dikenal sebagai tokoh yang selalu menyampaikan pandangan tajam mengenai politik dan kebangsaan. Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini bukan hanya paham strategi geopolitik, tapi juga piawai membaca arah ekonomi dan sosial Indonesia.

Pada sore yang teduh, di sebuah ruangan sederhana di kantornya, Tebet Jakarta Selatan, Selasa 19 Agustus 2025, KH As’ad menerima wartawan untuk sebuah percakapan eksklusif. Ia baru saja menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada kuartal terakhir tercatat 5,12 persen. Angka ini memang lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan global yang hanya sekitar 3 persen. Namun, menurutnya, angka tersebut tidak serta-merta menjadi kabar baik.

“Pertumbuhan kita cukup baik secara nominal. Tetapi kalau kita lihat lebih dalam, kelas menengah kita justru menyusut, PHK masih terjadi, dan daya beli masyarakat melemah. Itu artinya pertumbuhan ekonomi kita belum berkualitas,” katanya dengan nada serius.

Kualitas Pertumbuhan Jadi Pertanyaan

KH As’ad menilai, selama ini pemerintah terlalu berfokus pada angka pertumbuhan ekonomi yang direpresentasikan lewat PDB. Padahal, kualitas pertumbuhan tidak bisa diukur hanya dari statistik makro.

“Kalau pertumbuhan itu hanya dinikmati oleh segelintir kelompok ekonomi besar, maka itu tidak adil. Indikator keberhasilan yang sesungguhnya adalah bagaimana rakyat di bawah ikut merasakan manfaat, terutama kelas menengah dan bawah,” jelasnya.

Ia mencontohkan, daya beli masyarakat yang terus melemah adalah sinyal bahwa ekonomi rakyat tidak ikut bergerak. Padahal, kelas menengah adalah penopang stabilitas sosial-politik sekaligus motor konsumsi domestik.

Reshuffle Kabinet Ekonomi

Tidak berhenti pada kritik, KH As’ad juga menyarankan langkah konkret. Ia menilai pemerintah sudah saatnya melakukan reshuffle kabinet di bidang ekonomi.

“Saya kira sudah perlu ada penyegaran. Ini bukan soal siapa yang duduk di kursi menteri, tapi soal arah kebijakan. Kita butuh orang-orang yang punya visi jangka panjang, yang bisa memperkuat daya beli rakyat dan menjaga keberlanjutan kelas menengah,” tegasnya.

Menurutnya, tanpa penyegaran kebijakan ekonomi, angka pertumbuhan yang tercatat tidak akan memberi dampak besar pada kesejahteraan rakyat.

Geopolitik dan Ekonomi Mandiri

Selain soal domestik, KH As’ad juga menyinggung konteks global. Dunia saat ini bergerak ke arah multipolar, di mana kekuatan ekonomi dan politik tidak lagi terpusat pada dua blok besar.

“Indonesia harus konsisten dengan politik luar negeri bebas-aktif, sebagaimana yang diwariskan sejak era Konferensi Asia-Afrika dan Gerakan Nonblok. Kita harus mampu bekerja sama dengan semua pihak dengan prinsip win-win solution,” ujarnya.

Namun, ia menekankan pentingnya kemandirian ekonomi.

“Kita boleh terbuka, tetapi jangan sampai bergantung. Kemandirian ekonomi adalah benteng terakhir kedaulatan bangsa,” tambahnya.

Latar Belakang Sosok

KH As’ad Said Ali bukan sosok baru dalam diskursus kebangsaan. Pernah menjabat sebagai Wakil Kepala BIN pada periode Presiden Megawati, ia dikenal luas memiliki wawasan komprehensif mengenai politik internasional, keamanan nasional, serta dinamika ekonomi global. Setelah purnatugas, ia aktif menulis buku, mengisi seminar, dan memberi pandangan strategis tentang arah bangsa.

Kehadirannya dalam percakapan soal ekonomi menunjukkan kepeduliannya terhadap masa depan Indonesia. Baginya, ekonomi tidak bisa dipisahkan dari politik dan stabilitas sosial.

Pesan Penutup

Di akhir wawancara, KH As’ad menyampaikan pesan singkat namun penuh makna.

“Pemerintah harus berani memastikan pertumbuhan ekonomi kita bukan sekadar angka di atas kertas. Yang penting adalah bagaimana rakyat benar-benar merasakan manfaatnya. Itu baru yang namanya pertumbuhan berkualitas.” pungkasnya. (Red 01)