Jakarta, Nasionalnews.co.id – Dampak dari Covid-19 telah memporak-porandakan kehidupan umat manusia. Efeknya terhadap ekonomi dan kesehatan sangat mengerikan. Namun ada ancaman yang lebih mengerikan yaitu dampak dari perubahan iklim.
Dilansir dari Groundswell terbaru dari Bank Dunia yang dirilis, Senin (13/9/2021), melaporkan perubahan iklim dapat memaksa 216 juta orang di enam kawasan dunia bermigrasi di dalam negara mereka masing-masing pada 2050. Momen itu dapat muncul awal 2030 dan terus menyebar dan meningkat pada 2050.
Laporan Groundswell juga menemukan bahwa tindakan segera dan terpadu untuk mengurangi emisi global disertai pembangunan hijau, inklusif, dan tangguh, dapat mengurangi skala migrasi hingga 80%.
Seperti dikutip dari siaran pers Bank Dunia yang diterima CNBC Indonesia, perubahan iklim, yang disebut-sebut sejumlah kalangan sebagai ancaman yang lebih mengerikan dibandingkan Covid-19, merupakan pendorong kuat migrasi internal. Sebab, Ia berdampak terhadap mata pencarian masyarakat sekaligus kemampuan hidup masyarakat di lokasi yang sangat terbuka.
Pada tahun 2050, wilayah Afrika Sub Sahara ada 86 juta migran internal, disusul Asia Timur dan Pasifik 49 juta, Asia Selatan 40 juta, Afrika Utara 19 juta, Amerika Latin 17 juta, Eropa Timur dan Asia Tengah 5 juta.
“Laporan Groundswell merupakan pengingat nyata perihal manusia yang menjadi korban perubahan iklim, terutama pada kelompok termiskin di dunia. Laporan ini juga secara jelas memaparkan jalan bagi negara-negara untuk mengatasi beberapa faktor utama yang menyebabkan migrasi yang didorong oleh iklim,” ujar Vice President of Sustainable Development Bank Dunia Juergen Voegele.
“Semua masalah ini secara fundamental terkoneksi. Itulah sebabnya mengapa dukungan kami kepada negara-negara diposisikan untuk mewujudkan tujuan pembangunan bersama sambil membangun masa depan yang lebih berkelanjutan, aman, dan tangguh,” lanjutnya.