Jakarta, Nasionalnews.co.id – Ada kekawiran dengan penunjukkan Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama (Menag). Rekam jejak GP Ansor dinilai cenderung frontal menghadapi kaum intoleran termasuk Front Pembela Islam dan Hizbut Tahrir Indonesia.
Misalnya, pada 2018 lalu, saat terjadi insiden pembakaran bendera bertuliskan arab mirip Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Garut, Jawa Barat. Saat itu kedua elite ormas tersebut saling lempar argumentasi.
Memang sedikit mengkhawatirkan jika membaca jejak GP Ansor yang cenderung frontal menghadapi cara FPI berorganisasi politik, sama halnya dengan afiliasi HTI.
KH. As’ad Said Ali, mantan wakil PBNU berharap terhadap menteri agama yang baru dilantik Presiden joko Widodo untuk mengedepankan dialog dan tidak frontal terhadap kelompok intolerani di Indonesia.
Ia mengatakan semestinya sikap frontal Yaqut Cholil Qoumas kepada FPI maupun HTI tidak lagi diperlukan ketika menjabat sebagai Menteri agama.
KH. As’ad Said Ali, menyarankan politikus sapaan akrab Gus Yaqut itu perlu mempertimbangkan cara yang lebih dialogis dan persuasif. Pasalnya, Menteri agama harus memiliki andil besar dalam menjaga keberagaman. Tak terkecuali, menjaga harmoni antar kelompok masyarakat, baik yang bersifat ideologis maupun politik.
“Itu selaras dengan ungkapan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas untuk menjadikan agama sebagai inspirasi bukan aspirasi,” jelas KH.As’ad Said Ali, Senen, 27/12/2020.
“Agama sebisa mungkin tidak lagi digunakan menjadi alat politik, baik untuk menentang pemerintah maupun merebut kekuasaan atau mungkin untuk tujuan-tujuan yang lain. Agama biar menjadi inspirasi dan biarkan agama itu membawa nilai-nilai kebaikan dan nilai-nilai kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Yaqut Cholil.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas juga berjanji akan berupaya meningkatkan ukhuwah islamiah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah Basyariah. (Sam)