Berita  

Polarisasi Masyrakat Menguat Kembali

0

Nasionalnews.co.id – Pasca kembalinya pemimpin besar fron pembela Islam, Habib Rzieq shihab, di tanah air, pada 10 novembeber polarisasi di masyarakat menguat kembali.

As’sd said Ali, mengatakan Pasca pilkada DKI Jakarta, polarisasi di masyarakat begitu kuat sehingga ramai di media sosial dengan istilah cebong dan kampret. Hal ini terjadi karena mereka tidak memahami makna Pancasilia sebagai dasar negara dan sebagai landasan untuk hidup bersama saling berdampingan.

Mestinya polarsasi dampak Pilkada Jakarta sudah mencair, tapi hari ini polarisasi itu semakin keras bersamaan dengan kembalinya pemimpin besar fron pembela Islam Habib Rizieq Shihab di tanah air.

“Terjadi polarisasi di masyarakat itu juga merupakan akibat dari cara masyarakat memahami kebebasan dalam pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 yang mana tidak memahami nilai-nilai  Pancasila secara benar. Hal ini juga merupakan salah satu dampak dari amandemen UUD 1945 yang kebablasan,”ujar KH. As’ad Said Ali.

Dengan adanya pasal kebebasan dalam Undang-Undang 1945, maka pemerintah selalu harus hati-hati menindak para pendemo walaupun para pendemo yang menyampaikan pendapat sudah mengganggu stabilitas nasional.

Ia melanjutkan, Langkah pangdam jaya maijen TNI, Dudung Abdurachman membersihkan baliho habib Rizieq shihab yang bertebaran dimana-mana menuai pro-kontra di di tengah masyrakat. Ada yang mengitrik langkah tersebut, karena dianggap bukan wewenanya, tapi banyak juga masyarakat yang mendukung.

“Perlu diketahui bahwa pemasangan baliho itu ada aturannya dimana tidak boleh di semua tempat dipasangi baliho. Selain itu juga harus bayar pajak,”jelasnya.

“Jadi langkah pangdam jaya, Maijen TNI Dudung Abdurachman bersama polisi dan satpol PP dalam menurunkan baliho Habib Rizieq shihab sudah tepat sebagai efek kejut. Karena selain melanggar aturan dan tidak bayar pajak, materi baliho itu sangat provokatif dan berpotensi mengancam persatuan dan kesatuan bangsa,” jelas KH. As’ad Said Ali.