Salatiga – Nasional News
Walikota Salatiga dr. Robby Hernawan mendapat sorotan tajam dari sejumlah anggota DPRD Kota Salatiga dalam agenda interpelasi yang digelar di ruang sidang paripurna, Senin (19/5/2025). Interpelasi tersebut dilakukan untuk meminta klarifikasi atas berbagai kebijakan dan pernyataan Walikota yang dinilai menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
Beberapa isu yang mencuat antara lain relokasi pedagang pagi ke Pasar Rejosari, efisiensi dengan pengurangan tenaga harian lepas (THL), pemangkasan Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP), serta penghentian Perda Nomor 1 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), khususnya terkait retribusi sampah.
Didampingi Wakil Walikota Nina Agustin, Robby menyampaikan bahwa semua pernyataan yang selama ini disampaikannya di media sosial dan ruang publik masih dalam bentuk wacana.
“Apa yang telah saya sampaikan, termasuk soal relokasi pasar dan lainnya, itu masih sebatas wacana,” ujar Robby di hadapan para anggota dewan.
Namun, pernyataan tersebut tidak memuaskan sejumlah anggota DPRD. Andreas Kristianto, salah satu legislator, menegaskan bahwa interpelasi bukan didasarkan pada suka atau tidak suka, melainkan sebagai bentuk komunikasi antar-lembaga.
“Interpelasi adalah bentuk komunikasi normatif agar pemerintahan ke depan bisa berjalan lebih kondusif, tanpa menimbulkan kegaduhan,” jelas Andreas.
Senada, Ketua Fraksi Demokrat Antonius Dohan K. menyebut bahwa lahirnya interpelasi merupakan akibat dari minimnya komunikasi antara eksekutif dan legislatif.
“Saya kecewa dengan jawaban Walikota. Semua statemen yang sudah mengerucut di tengah masyarakat ternyata hanya disebut sebagai wacana,” tegas Dohan.
Ia juga menyayangkan sikap Walikota yang dinilai kurang komunikatif sejak dilantik. “Tidak ada komunikasi dengan dewan. Bahkan sekadar ngobrol atau ngopi membahas masa depan Salatiga pun tak pernah terjadi, padahal Demokrat ada di Komisi A, B, dan C,” tambahnya.
Agenda interpelasi tersebut turut dihadiri anggota dewan dari lima fraksi serta sejumlah pedagang dari Pasaraya Salatiga yang ikut menyampaikan keresahan atas rencana relokasi.
(NANO)