Andika Perkasa Calon Potensial Pengganti Panglima Marsekal Hadi

Jakarta, Nasionalnews.co.id- KH. As’ad Said Ali, mantan WAKABIN mengatakan bahwa jabatan Panglima TNI merupakan hak preogratif Presiden. Tidak etis bagi saya untuk ikut terlibat diskusi di media tentang masalah tersebut. memang nama Jendral Andika Perkasa menjadi salah satu yang berpotensi menuju bangku Panglima TNI, namun semua itu sekali lagi kembali keputusan Presiden Jokowi 

Karir militernya Jenderal TNI Andika Perkasa, S.E., M.A., M.Sc., M.Phil., Ph.D termasuk cemerlang. Ia memulai karirnya sebagai perwira pertama infanteri di Kopassus Grup 2 /Para Komando dan Satuan-81 /Penanggulangan Teror (Gultor) dan pernah menjabat sebagai Komandan Batalyon 32/Apta Sandhi Prayuda Utama, Grup 3 /Sandhi Yudha. Berbagai jenjang jabatan militer dipegangnya sebelum mencapai sebagai orang no 1 di TNI-AD. Saya rasa sudah ada banyak pakar militer yang mengulasnya, sehingga saya tidak perlu menambahkan lagi

“Saya hanya ingin menambahkan catatan gemilang, ketika Mayor Andika Perkasa memimpin tim kecil kopasus yang di BKO-kan di BIN sebagai tim anti teroris mulai akhir 2001 sampai 2003. Sedangkan dua calon Panglima TNI lainnya saya tidak mengenal secara dekat sehingga saya tidak bisa member pandangan, meskipun keduanya mempunyai kwalifikasi untuk menduduki posisi Panglima TNI,” jelas, KH. As’ad, saat diwawancarai awak media, Selasa, 29/6/2021.

As’ad  melanjutkan. Ada beberapa teroris Alqaeda yang ditangkap oleh tim BKO kopasus di BIN antara lain Muhamad Iqbal Madni asal Pakistan (terlibat dalam upaya peledakan pesawat transport American lines). Operasi teror yang dilakukan oleh Iqbal Madni itu dibawah komando Richard Reid dengan nama sandi shoe bomber yang gagal meledakan pesawat karena pelaku diketahui oleh awak pesawat ketika akan menarik sumbu peledak bom.

Operasi penangkapan itu atas permintaan CIA sesuai kerja sama timbal balik. Muhammad Iqbal Madni cerdik, dia tidak tinggal di hotel karena mudah dideteksi oleh aparat keamanan. Hanya dua hari Iqbal Madni ditangkap bersembunyi di suatu rumah di Meteng Dalam. Operasi ini senyap atau sepi dari pemberitaan sesuai prinsip intelijen dan segera teroris itu dikirim ke negara pemesan.

Operasi spektakuler ketika tim kecil yang dipimpin oleh Mayor Jendral Andika Prakasa menangkap Umar Faruq, perwira Al-Qaeda yang mengepalai operasi teror Al-Qaeda di Asia Tenggara. Wilayah Umar Faruq meliputi Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Surveilans tim  Addras BIN selama enam bulan berhasil mendeteksi keberadaan Umar Faruq dan mengikutinya dari Sulawesi Selatan dan berhasil melokalisir persembunyian Umar Faruq disuatu tempat di Cijeruk, Bogor. Untuk penyergapan diserahkan kepada tim yang dipimpin oleh Mayor Andika. Umar Faruq memang berpengalaman, dia memiliki penciuman tajam sehingga sempat lolos dalam penyergapan pertama, tetapi dalam rentang sehari kemudian tertangkap berkat perencanaan berlapis, plan A lepas dan, plan B Umar Faruq masuk perangkap berkat perencanaan yang matang dan kecepatan serta determinasi yang kuat dari Mayor Andika. Setelah itu beberapa teroris Al-Qaeda ditangkap antara lain Siam Reda , ketua tim propaganda Al-Qaeda di Asia Tenggara.

As’ad bercerita kepada awak media Nasionslnews, “Setelah Jendral Andika Perkasa menjadi KASAD, saya pernah bertemu secara kebetulan di pesawat dari Surabaya ke Jakarta. Saya pancing soal pilpres dan beliau menjawab “sesuai” Sapta Marga Pak, tidak memihak salah satu calon, padahal mertua beliau Jendral Purn. Hendropriono pendukung berat pak Jokowi. Jawaban beliau saya pikir klise tetapi seminggu kemudian saya hadir diundang pertemuan di PPAD yang salah satu acaranya adalah mendengar  pidato yang dibacakan seorang perwira bintang dua, Arahan KASAD jelas dan tegas bahwa TNI-AD tidak memihak dalam pilpres. Kasad jelas meminta agar para purnawirawan AD tidak melibatkan juniornya yang masih aktif di kesatuan. Saya pikir perwira tinggi yang berpegang teguh pada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit serta tidak tergoda oleh politik praktis itulah yang cocok untuk situasi sekarang yang penuh gejolak. Pendidikan militer dan pertahanan yang ditempuhnya di luar negri relative lama dan akan sangat bermanfaat dalam melihat persoalan Hankam didalam negri karena selama belajar di luar negri beliau bisa menyerap bagaimana pihak luar negeri memandang persoalan pertahanan di Indonesia sesuai cakrawala mereka” pungkas KH. As’ad. (Red)