JAKARTA — Bank Sentral Amerika, The Fed diprediksi akan kembali menaikan suku bunga AS sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan Mei. Hal ini disampaikan oleh seorang ekonom.
Hampir 90%, yakni 94 dari 105 ekonom yang berpartisipasi, memperkirakan bank sentral AS akan menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 5,00% hingga 5,25% pada pertemuan 2-3 Mei.
“Di depan data, meskipun inflasi melambat pada bulan Maret, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai target inflasi 2%,” ujar Kepala Ekonom AS di BofA Securities, Michael Gapen, dilansir Reuters yang dikutip Jumat 21/4/23.
Sementara penurunan suku bunga terlihat lebih kecil kemungkinannya daripada suku bunga yang lebih tinggi dalam menghadapi inflasi yang masih berada pada tingkat dua kali di atas target 2% The Fed, kekuatan berkelanjutan di pasar tenaga kerja dan pelonggaran yang signifikan dalam tekanan sektor perbankan selama beberapa minggu terakhir.
Selain itu, Imbal hasil Treasury dua tahun AS, yang biasanya mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, telah melonjak hampir 75 bps dalam sebulan terakhir. Hal tersebut mengurangi adanya prospek penurunan suku bunga.
“Jika pasar tenaga kerja tetap tangguh dan inflasi tetap persisten, Fed kemungkinan akan meningkatkan tidak hanya pada bulan Mei tetapi juga pada bulan Juni dan Juli,” kata kepala ekonom AS di Citi, Andrew Hollenhorst.
Sama seperti, CEO Federal Reserves Bank St. Louis, James Bullard mengatakan, kemungkinan adanya tingkat kebijakan puncak yang jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan saat ini karena inflasi tetap tinggi.
Inflasi tidak diperkirakan akan jatuh sesuai target bank sentral sampai setidaknya 2025. Tingkat pengangguran diperkirakan akan naik dari tingkat 3,5% menjadi 4,3% pada akhir tahun 2023.
BI Menahan Suku Bunga, Tidak akan Ada Kenaikan Lagi
Sesuai ekspektasi pasar, Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan pada bulan ini. Keputusan BI menahan suku bunga sekaligus mengakhiri kebijakan agresif mereka yang sudah berlangsung sejak Agustus 2022.
Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini, Kamis 16/4/23 BI memutuskan untuk menahan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75%.
Suku bunga BI di level 5,75% adalah yang tertinggi sejak Juli 2019 atau 3,5 tahun terakhir. Suku bunga Deposit Facility dipertahankan di angka 5,0% dan suku bunga Lending Facility di level 6,50%.
Hal ini merupakan kali pertama BI mengerem kebijakan agresifnya dalam enam bulan terakhir.
Keputusan BI juga sejalan dengan sinyal bank sentral RI tersebut sejak bulan lalu. Sejak RDG Januari 2023, BI sudah memberikan sinyal untuk mengakhiri kebijakan agresifnya.
Kubu MH Thamrin menilai kenaikan suku bunga sejak tahun lalu sudah cukup untuk menahan laju inflasi serta menjaga nilai tukar rupiah.
Sebagai catatan, pada enam bulan sebelumnya yakni Agustus 2022 hingga Januari 2023, kubu MH Thamrin telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 bps. Termasuk kenaikan agresif sebanyak 50 bps beruntun pada September, Oktober, dan November 2022.