Perayaan HDI, Batik Ciprat Karya Disabilitas Dipamerkan Lewat Galeri Virtual

Dok. Biro Kemensos RI
Dok. Biro Kemensos RI

JAKARTA, Nasionalnews.co.id – Diumumkan pertama kali pada 1992 oleh Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) dirayakan pada tanggal 3 Desember setiap tahunnya. Namun, perayaan HDI tahun ini terbilang sedikit berbeda.

Bagaimana tidak, Kementerian Sosial secara spesial meluncurkan Creative Disabilities Gallery, sebuah galeri virtual yang menampilkan hasil kreativitas karya penyandang disabilitas, dalam rangka merayakan Hari Disabilitas Internasional tahun 2020 dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku selama pandemi COVID-19.

Diresmikan pada 18 November lalu oleh Menteri Sosial RI Juliari P. Batubara, Creative Disabilities Gallery diharapkan dapat menjadi sarana promosi produk disabilitas serta media edukasi bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap pemenuhan hak penyandang disabilitas di Indonesia.

Salah satu hasil karya penyandang disabilitas yang dipamerkan di Creative Disabilities Gallery adalah batik ciprat. Produk andalan Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) “Kartini” Temanggung ini memang sudah tersohor keindahannya. Motif batik ciprat yang dipercikkan keatas kain telah menarik minat berbagai kalangan, tidak hanya nusantara tetapi juga mancanegara.

Dua pembatik sekaligus eks Penerima Manfaat (PM) Penyandang Disabilitas Intelektual di BBRSPDI “Kartini” Temanggung adalah Aditya Dwi Saputra (26 tahun) dan Sulistiani (25 tahun). Mereka sudah menekuni kerajinan batik selama 4-5 tahun berkat kelas keterampilan yang disediakan oleh balai.

“Saya tertarik membuat batik karena suka bermain dengan malam. Selain itu saya bisa berkreasi menciptakan berbagai macam cipratan batik,” kata Aditya.

Sementara itu, Sulistiani menyatakan bahwa ketertarikannya pada batik ciprat adalah modal keahlian yang akan menjadi bekalnya di hari tua nanti.

“Selain membatik, saya juga bisa menjahit dan menyulam taplak meja,” ujar perempuan yang akrab disapa Sulis ini. Ia mengaku selalu gembira selama bekerja menjadi pembatik.

“Saya senang karena mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat, memiliki banyak teman, dan bisa mengumpulkan uang untuk modal usaha beternak ayam petelur,” kata Sulistiani.

Senada dengan rekannya, Aditya merasa bangga karena mampu membagikan ilmu yang ia pelajari sebagai pembatik

“Saya sering diajak ke _Sheltered Workshop_ Peduli (SWP) untuk mengisi materi sebagai pengajar batik. Selain itu saya juga senang karena mendapatkan uang untuk modal usaha kerajinan batik di kampung halaman,” ujar pria asal Gunung Kidul tersebut.

Tidak hanya kerajinan batik, BBRSPDI “Kartini” Temanggung juga menyediakan berbagai pelatihan keterampilan lainnya dalam terapi penghidupan, antara lain tata boga, kerajinan tangan, menjahit, peternakan, dan layanan kebersihan _(cleaning service)_, dimana PM Penyandang Disabilitas Intelektual diharapkan dapat berdaya guna melalui keterampilan yang dipelajari selama berada di balai.

“Sebelum mengikuti pelatihan keterampilan, balai akan menggali dan mengembangkan potensi keterampilan PM melalui asesmen terintegrasi segera setelah penerimaan PM,” kata Zaetuni, salah satu Pekerja Sosial yang bertugas di BBRSPDI “Kartini” Temanggung.

Setelah ditempatkan di kelas keterampilan, PM tak lantas dilepas begitu saja melainkan diobservasi oleh petugas balai secara berkala.

“Reasesmen komprehensif akan dilakukan apabila perkembangan PM di kelas yang ia tempati terhambat. PM tersebut kemudian akan dipindah ke kelas keterampilan yang lebih sesuai dengan minat dan bakatnya,” ujar Zaetuni.

Kemajuan PM dalam mengikuti kelas keterampilan bergantung pada kemampuan masing-masing. Zaetuni menegaskan bahwa kebiasaan sehari-hari yang telah ditanamkan oleh orang tua berdampak besar pada perkembangan PM di balai.

“Apabila peran dan dukungan orang tua di rumah sudah baik, maka PM akan mudah menyesuaikan diri karena mereka sudah bisa memenuhi kebutuhan dirinya sehingga Balai akan langsung menggali dan mengembangkan potensi keterampilan sebagai modal bekerja mereka kedepannya,” jelas Zaetuni.

Sebaliknya, lanjut Zaetuni, PM akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri di balai apabila orang tuanya kurang peduli. “Dalam hal ini, mereka masih perlu diarahkan untuk melakukan hal-hal dasar karena cenderung belum bisa apa-apa.”

Setelah mahir dalam kelas keterampilan, PM Penyandang Disabilitas Intelektual akan menerima penguatan keterampilan di instalasi produksi dan mengikuti Praktek Belajar Kerja (PBK) di beberapa lokasi wirausaha seperti rumah makan, konveksi, sekolah, dll.

“Jika hasil PBK-nya bagus dan pengusaha ingin PM melanjutkan pekerjaan di tempatnya, balai akan menginformasikan pengusaha mengenai karakter dan kondisi khusus PM sebagai Penyandang Disabilitas Intelektual yang tentunya tetap membutuhkan pengawasan serta tidak bisa disamakan dengan pekerja pada umumnya,” kata Zaetuni.

Mayoritas PM Penyandang Disabilitas Intelektual yang sudah terminasi dari balai mampu berdikari dengan pekerjaan yang mereka geluti. Hal ini tentu menjadi sebuah keberhasilan yang luar biasa.

“Sebelum mengikuti rehabilitasi di BBRSPDI “Kartini” Temanggung, para penyandang disabilitas intelektual tidak memiliki kegiatan apapun. Orang tua mereka juga kerap bingung dalam memperlakukan mereka. Namun, setelah menerima pelayanan di balai, mereka mampu membuka mata banyak orang dengan segala potensi yang mereka miliki,” ujar Zaetuni.

Perkembangan pesat PM Penyandang Disabilitas Intelektual dalam mengembangkan keahliannya merupakan buah manis dari pelayanan sepenuh hati oleh petugas balai serta dukungan penuh orang tua dan lingkungan sekitar.

“Jika kebutuhan dasar PM sudah terpenuhi maka apapun yang mereka kerjakan, hasilnya pasti akan bagus. Mereka membutuhkan dukungan orang-orang yang paham dengan hal yang mereka lakukan sehingga antara balai, orang tua maupun lingkungan sekitar harus bersinergi dalam memberikan dukungan dan pendampingan bagi mereka,” jelas Zaetuni.

Sejalan dengan tema peringatan Hari Disabilitas Internasional 2020 yang mengusung pembangunan kehidupan yang lebih baik secara inklusif, aksesibel serta berkelanjutan pasca pandemi COVID-19, Zaetuni berharap agar masyarakat memberikan kesempatan kepada seluruh penyandang disabilitas dalam menunjukan kemampuan maupun karyanya.

“Saya percaya bahwa dengan layanan, pembimbingan, motivasi, serta pengawasan yang tepat, penyandang disabilitas akan tumbuh menjadi manusia-manusia mandiri seperti Aditya dan Sulistiani. Untuk kedepannya kita harus lebih menunjukkan dukungan dan kepedulian terhadap penyandang disabilitas agar pembangunan yang inklusif, aksesibel serta berkelanjutan dapat segera terwujud,” pungkas Zaetuni.

Sebagai informasi, masyarakat dapat mengunjungi pameran berbagai karya Penyandang Disabilitas secara daring di situs web creativedisabilitiesgallery.com yang dibuka pada 18 November 2020 sampai dengan 31 Desember 2020. (CP/Nn)