Di tengah beban utang yang terus membesar dan ketergantungan pada pembiayaan konvensional melalui APBN, sudah saatnya Indonesia berpikir lebih inovatif dan berani dalam mencari solusi. Salah satu opsi yang layak dipertimbangkan adalah menjadikan Bitcoin sebagai cadangan strategis nasional.
Langkah ini memang terkesan radikal. Namun, dalam dunia yang terus berubah, pendekatan lama tak selalu relevan untuk menjawab tantangan baru. Negara-negara maju telah lama mencari diversifikasi cadangan devisa di luar dolar AS dan emas. Bahkan El Salvador, meski penuh kontroversi, telah membuka jalan dengan menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran sah sekaligus cadangan strategis.
Indonesia, sebagai negara berkembang dengan ekonomi digital yang tumbuh cepat, punya potensi besar untuk menyesuaikan diri dalam lanskap keuangan global yang sedang bergeser. Bitcoin bukan hanya sebuah aset digital, tapi simbol kemandirian finansial dan keterlepasan dari hegemoni sistem keuangan lama yang penuh tekanan geopolitik dan inflasi sistemik.
Tentu, volatilitas Bitcoin adalah tantangan nyata. Namun, justru karena itulah pendekatan ini harus bersifat strategis dan terukur, bukan spekulatif. Pemerintah bisa membentuk Sovereign Digital Asset Fund yang secara bertahap mengakumulasi Bitcoin saat harga relatif rendah dan menyimpannya dalam jangka panjang. Keuntungan dari apresiasi nilai bisa digunakan untuk menutupi sebagian kewajiban utang luar negeri tanpa harus menarik dana APBN yang seharusnya digunakan untuk pembangunan.
Penggunaan Bitcoin sebagai cadangan tidak berarti Indonesia mengabaikan stabilitas. Justru sebaliknya—ini adalah bentuk kesiapan menghadapi masa depan ekonomi global yang lebih terdesentralisasi. Lebih dari sekadar alat investasi, Bitcoin bisa menjadi bagian dari strategi kedaulatan ekonomi nasional.
Pemerintah perlu membentuk tim kajian lintas sektor—Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan OJK—untuk menyusun peta jalan. Langkah ini bukan untuk hari ini, tapi untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan. Jika tidak bersiap dari sekarang, kita hanya akan menjadi penonton dalam revolusi keuangan global yang sedang berlangsung.
Melunasi utang tanpa membebani APBN bukan mimpi, tapi soal kemauan untuk membuka diri terhadap masa depan. Bitcoin mungkin belum sempurna, namun menunggu sempurna bukan alasan untuk tidak memulai. Saatnya Indonesia memimpin, bukan sekadar mengikuti.