Jakarta, Nasionalnews.co.id – KH. As’ad Said Ali mengatakan bukan Indonesia kalau tidak ada goro goro. Dalam pewayangan goro goro selalu ada, untuk pemanis setiap lakon cerita,sehingga menjadi menarik. Biasanya goro goro muncul mendekati klimaks cerita, banyak lucunya katimbang suasana tegang, itulah Indonesia yang memerlukan suasana santai disetiap terjadi situasi tegang.
Ia melanjutkan. Di dalam goro goro banyak sentilan tajam, tidak menyakitkan karena diekspresikan dengan gurauan atau dagelan. Kadang kadang diselingi dengan gaya “ngledek“ bisa bikin sebel, tetapi kalau direspons dengan nalar pikiran sehat, bisa jadi obat sakit kepala pusing. Judul goro goro kali ini adalah King of Lip Servis, boleh dimaknai semaunya, bebas ini negara demokrasi. Saya artikan dengan gaya sopan “buah bibir” karena saya yakin penciptanya anak pintar yang punya selera humor tinggi.
“Ada yang menganggapnya dengan sangat serius ,mutar otak bagaimana goro goro menjadi momentum untuk membangkitkan “perlawanan rakyat“ terhadap pemerintah. Rakyat mana yang mau terpancing, karena mereka tidak bodoh? Covidlah biang utama dari persoalan bangsa sekarang ini dan itu terjadi diseluruh dunia. Kalau Covid reda, situasi akan pulih dan bangsa ini bisa membenahi kembali kekurangannya. Kalau Amerika Serikat dan Inggris mulai mentas dari Covid, Kita pun Pasti Bisa,” ujar KH. As’ad, Selasa, 6/6/2021, lewat keterangan tertulisnya.
“Tetapi jangan meremehkan goro goro seolah tidak ada maknanya, sebab ia bagian dari keseluruhan cerita. Didalam goro goro ada sentilan – sentilan jenaka, kritikan halus yang mempunyai makna yang dalam. Mungkin dalam bahasa ilmu politik disebut aspirasi. Kita hargai dan nikmati sentilan sentilan itu serta disikapi dengan “pikiran positif” demi pengabdian tulus kepada masyarakat yang mendambakan terwujudnya keadilan dan kemakmuran. Tidak perlu terpancing, namanya saja goro gorone,” pungkas KH. As’ad, mantan Wakabin (Red)