.JAKARTA, Nasionalnews.co.id -Pemerintah Afganistan baru belum terbentuk , salah seorang jubir Taliban Suhail Shaheen menyatakan akan dibentuk pemerintahan yang “ inklusif”. Maksudnya bukan pemerintahan eksklusif yang hanya terdiri dari tokoh tokoh Taliban.
Tokoh Taliban Amir Khan Muttaqi mengungkapkan adanya serangkaian pembicaraan yang sedang berlangsung antara Taliban dengan mantan Presiden Karzai dan Ketua Dewan Tinggi Perdamaian ,Abdullah Abdullah.
Wajah Afganistan baru di bawah Taliban mulai ditampilkan ke publik mulai dari larangan memakai burqa ( penutup muka ) bagi wanita, perintah dokter dan perawat wanita untuk terus bekerja, izin pemudi Afgan untuk belajar. Taliban juga memberi jaminan keselamatan warga negara asing dan ingin menjalin hubungan baik dengan semua negara termasuk Amerika Serikat.
“Imarah Islam Afganistan tampaknya akan menampilkan wajah baru guna menyatukan Afganistan yang porak poranda setelah konflik lebih kurang selama 41 tahun. Ada beberapa faktor strategis yang mempengaruhi hal itu,”papar As’ad Said Ali mantan Wakil Ketua PBNU dalam keterangan tertulis,Rabu (19/8/21).
Pertama ; faktor geo – politik regional. Mulah Omar yang pada waktu itu belum menjadi tokoh nasional menyikapi situasi kacau didaerah nya setelah melihat para warlord yang menindas rakyat dengan memeras, memperkosa dan pelanggaran hukum lainnya. Sebabnya,Mujahidin disibukkan perseteruan berebut kekuasan. Keberanian Mullah Omar tsb, menarik dukungan masyarakat luas. Momen tersebut oleh Saudi dan Pakistan dimanfaatkan untuk mendukung gerakaan Mullah Omar dengan memperluas perlawan rakyat dan hal itu dilatar belakangi oleh sikap pemerintahan Mujahidin yang lebih mengakomodir Iran dan India , sehingga dianggap mengganggu keseimbangan geopolitik regional. Mullah Omar muncul sebagai tokoh nasional dan kemudian didapuk sebagai pemimpin Taliban.
Kedua ; faktor Geo – Strategis. Mullah Omar mengumumkan berdirinya “ Imarah Islam Afganistan “ atau keemiran Islam Afganistan, suatu sistem teokrasi yang yang dipimpin para mullah. Syariat Islam ditetapkan sebagai hukum negara yang dipraktekkan dengan ketat. Pada satu sisi berhasil memulihkan keamanan dan ketertiban, tetapi pada sisi lain membatasi kebebasan termasuk memberangus hak hak wanita. Sementara situasi ekonomi tidak berubah , timbul diskriminasi dan memberi angin terjadinya radikalisasi dan terorisme. Dampaknya , Taliban Pakistan melakukan perlawan terhadap pemerintah Pakistan, sehingga Taliban dianggap menjadi faktor instabilitas global . Dengan alasan Taliban melindungi Usama bin Ladin dan mendukung terorisme ,AS-NATO menyerbu Afgan untuk mengakhiri kekuasaan Taliban dan mengembalikan kekuasaan ketangan Mujahidin.
Ketiga ; Kepentingan Ekonomi Barat. Kembalinya Mujahidin ketampuk pemerintahan dan kehadiran pasukan AS- NATO menimbulkan persoalan baru. Pemerintahan mujahidin mendapat tekanan dari Barat untuk memberikan konsesi pangkalan militer asing kepada AS, Inggris dan Perancis. Afganistan menolak permintaan tersebut sesuai prinsip Non – Blok. AS- NATO bereaksi dengan tidak berupaya untuk menghidupkan ekonomi Afganistan sehingga keadaan ekonomi rakyat tetap merana dan membuka peluang kembalinya Taliban.
Keempat : Perobahan Sikap Barat Terhadap Taliban. AS – NATO menyadari bahwa tanpa melibatkan Taliban dalam proses perdamaian, sulit tercapai stabilitas di Afganistan. Indikasinya cukup jelas, fraksi Akhundzada yang merupakan fraksi Taliban paling besar membuka biro politik Taliban di Doha Qatar, pada juni 2013.Melalui kantor Perwakilan Taliban itulah pendekatan keduanya berlangsung. Tidak mungkin, Qatar mengizinkan pendirian biro politik tsb tanpa sepengetahuan Amerika Serikat.
Kelima : Kesadaran Baru Membangun Sikap Moderat. Para pemimpin Afganistan menyadari utk mengembalikan sikap moderat rakyatnya. Mantan Pres Burhanuddin Rabbani ( pendiri Ikhwanul Muslimin Afganistan ) misalnya ketika berkunjung ke indonesia, menunjukkan keinginan untuk belajar pengalaman Indonesia. Ia meminta agar NU memoderasi pandangan rakyat Afganistan yang cenderung radikal dengan memperkenalkan “Tawasuth, Tasamuh, Tawayun” kepada masyarakat Afganistan yang secara manhaj keagamaan sama dengan muslimin Indonesia. Ketika saya bersama Dr Nazarudin Umar berkunjung ke Afganistan beberapa tokoh Mujahidin antara lain menantu Abdul Rasul Sayaf, Sabawon menegaskan, dakwah Islam di Indonesia lebih cocok bagi rakyat Afganistan . Ia mengatakan, mertuanya yang juga pemimpin nomer satu Ittihadul Mujahidin dan sekutu Arab Saudi, telah merubah sikap dengan simbolisme memegang “Quran dan pedang” ditangan kanan dan kirinya, suatu sinyal perlunya moderasi dalam perjuangan.
.”Namun masih ada kendala yang harus diatasi oleh rezim baru Afganistan. Pertama : dua fraksi Taliban yaitu Fraksi Haqqani dan fraksi Mullah Rasul yang masih dianggap radikal. Keduanya tidak terlibat dalam Biro Politik Taliban di Doha dan juga tidak terlibat operasi militer melawan pemerintah Afganistan,”ujar mantan Waka BIN di era presiden Alm.Gusdur,Megawati,SBY.yang sudah berpengalaman dalam dunia intelijen.
“Disamping itu kehadiran ISIS dan Al Qaeda di wilayah Afganistan berpotensi menjadi faktor yang mengganggu,”tutup As’ad pria asal kudus.
(Red/03)