Semarang, – Memiliki jiwa mandiri dan pemahaman tentang lingkungan adalah kunci bagi seseorang yang berpikir kreatif dan inovatif. Inilah yang dimiliki Teguh Basuki, pria kelahiran 1991, yang memulai kariernya dengan berfokus pada pemberdayaan lingkungan di desanya.
Teguh, yang kini menekuni usaha di bidang kuliner dan produksi gula aren, memulai perjalanannya setelah terinspirasi untuk mengembangkan desanya, Branjang. Sebelumnya, Teguh bekerja di beberapa perusahaan swasta di Semarang.
Awalnya, Teguh prihatin dengan kurang aktifnya Karang Taruna di desanya dan minimnya kegiatan yang mendukung perkembangan lingkungan. “Saya mulai bergerak bersama pemuda untuk menghidupkan kembali kegiatan desa, serta mencari program pengembangan desa yang bisa kami ikuti,” ungkap Teguh, kepada media Nasionalnews.co.id, Rabu (14/8/24)
Sebagai pendatang baru, Teguh berhasil menjalin komunikasi dengan Dinas Pariwisata untuk mengembangkan desa wisata di Branjang. Ia memetakan keunikan lokal dan menyusun paket wisata yang menarik bagi pengunjung. Teguh juga memulai proses pengurusan izin desa wisata dan menyelenggarakan acara budaya untuk mempromosikan paket wisata tersebut.
Selain mengembangkan desa wisata, Teguh fokus pada produksi gula aren. Ia menggandeng pengusaha kopi di Semarang untuk meningkatkan nilai jual gula aren yang awalnya hanya diproduksi dalam bentuk balok. Kini, gula aren yang diolah menjadi cair dan serbuk memiliki omzet sekitar 48 juta per bulan dan didistribusikan ke berbagai kota di Jawa Tengah.
Teguh juga memperluas usaha kulinernya dengan membuka “Cafe Ing Strombo,” sebuah kafe dengan konsep alam yang terletak di Jalan Budirejo RT 03/3 Branjang, Ungaran Barat. Cafe ini menawarkan berbagai menu, dengan andalan Soto Batok seharga 5 ribu per porsi. Cafe ini juga berfungsi sebagai titik kumpul untuk teman-teman UMKM dan memiliki nilai sosial yang tinggi.
Dengan dedikasi dan inovasi, Teguh Basuki telah berhasil memberdayakan desanya dan menciptakan peluang ekonomi yang signifikan.
(Nano)
