Problematika yang dialami peserta didik sebagian besar berasal dari dalam diri mereka sendiri. Salah satunya ialah rendahnya pengakuan akan dirinya yang memiliki kemampuan, keberartian, dan kompetensi. Peserta didik dengan self esteem yang tinggi selalu memandang positif setiap hal yang ada dalam diri dan kehidupannya. Sebaliknya, peserta didik dengan self esteem yang rendah melihat sesuatu yang ada dalam dirinya itu secara negatif.
Dari situlah muncul ganguan emosional yang nantinya akan mempengaruhi dalam hubungannya dengan orang lain. Ketidakmampuan untuk menghadapi secara positif situasi sosial dapat menyebabkan rendahnya self esteem. Hal seperti ini yang dapat mengganggu perkembangan kepribadian peserta didik karena perkembangan self esteem pada peserta didik akan menentukan keberhasilan atau kegagalan di masa depannya.
Berdasarkan uraian di atas self esteem merupakan salah satu karakteristik yang melekat pada diri peserta didik. Dalam hal ini proses pendidikan bertugas membangun peningkatan self esteem yang positif pada diri peserta didik. Salah satu mata pelajaran di Madrasah yang terkait dengan permasalahan di atas yaitu Aqidah Akhlaq.
Apa itu Self Esteem?
Kata self esteem berasal dari Bahasa Inggris, yakni “self” yang artinya diri sendiri dan esteem yang berarti harga. Dengan demikian, self esteem berarti harga diri. Dalam ilmu psikologi, self-esteem atau harga diri adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan nilai personal seorang individu, terhadap dirinya sendiri. Dalam konteks pendidikan, self-esteem merujuk pada cara peserta didik menghargai, mengapresiasi, dan menyukai diri sendiri.
Santrock mendefinisikan self esteem (harga diri) adalah evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Evaluasi individu tersebut terlihat dari penghargaan yang ia berikan terhadap eksistensi dan keberartian dirinya, individu yang memiliki harga diri positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya serta tidak cepat-cepat menyalahkan dirinya atas kekurangan atau ketidak sempurnaan dirinya.
Senada dengan pandangan Santrock di atas, Lerner dan Spanier, berpendapat bahwa harga diri adalah tingkat penilaian yang positif atau negatif yang dihubungkan dengan konsep diri seseorang. Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri secara positif dan juga sebaliknya dapat menghargai secara negatif.
Berdasarkan definisi di atas yang dimaksud self esteem ialah karakteristik yang melekat pada peserta didik tentang penilaian yang sifatnya negatif atau positif akan kondisi dirinya (fisik maupun psikis).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Esteem
Beragam faktor yang dapat mempengaruhi harga diri. Faktor genetik dapat berperan dalam cara Anda menyukai diri sendiri. Namun, pengalaman di masa lalu membentuk dasar harga diri keseluruhan yang Anda miliki.Apabila seorang individu kerap menerima kata-kata negatif, baik dari anggota keluarga atau teman, maka ia lebih berisiko untuk memiliki harga diri yang rendah. Sebaliknya, hubungan positif dengan lingkungan terdekat, dapat membentuk harga diri atau self-esteem peserta didik yang tinggi.
Rusli Lutan (2003 : 10-11) dalam bukunya yang berjudul Self Esteem: Landasan Kepribadian mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan self esteem yaitu sebagai berikut:
1. Orang tua. Orang tua merupakan pembentuk self-esteem utama bagi anak-anak. sebab, dalam dunia pendidikan peran orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama. Dengan demikian, tugas orang meletakkan tua ialah meletakkan dasar sebagai landasan self esteem yang kokoh, mengembangkan kepercayaan diri dari hormat diri.
2. Teman. Orang-orang terdekat dalam kehidupan keseharian akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan self-esteem. Ketika anak berada di lingkungan sekolah dengan teman yang sering memperoloknya, maka lingkungan tersebut kurang baik bagi pertumbuhan self-esteem yang sehat. Sebaliknya, teman sejawat dan kawan-kawan dekat dapat pula menumbuhkembangkan self-esteem yang sehat. Ini dikarenakan suasana pergaulan yang saling mendukung, saling menghargai terhadap usaha dan hasil yang dicapai seseorang.
3. Pencapaian Prestasi. Hasil yang dicapai dan memadai merupakan salah satu faktor bagi pengembangan self-esteem. Penciptaan perasaan tenang, yakin, dan mampu melaksanakan suatu tugas merupakan bibit bagi pengembangan self-esteem. Sebaliknya, apabila kegagalan beruntun yang diperoleh akan memberikan kesan mendalam bahwa kita tidak mampu mencapai sukses.
4. Diri Sendiri. Manusia akan berfungsi saat memiliki ilusi positif tentang diri sendiri pada tingkat yang sedang Nurseto. Sumber utama bagi pengembangan self-esteem adalah diri anda sendiri. Kita dapat mempertinggi atau memperendah self-esteem sesuai dengan perasaan kita sendiri. Seseorang yang sehat self-esteemnya ditandai oleh beberapa ciri diantaranya adalah: Selalu memberi dorongan, motivasi kepada diri sendiri. Selalu memandang pada apa yang dikerjakan dan pada apa yang telah dilakukan.
5. Lingkungan. Lingkungan yang menerima seseorang akan memberikan peningkatan akan kebutuhan harga diri seseorang , namun jika lingkungan menolak seseorang maka akan menimbulkan kekecewaan terhadap seseorang dan akan membuat seseorang tersebut menjadi tidak percaya diri sehingga seseorang tersebut akan menarik diri dari lingkungan dan mengakibatkan rendahnya harga diri seseorang.
6. Pendidikan. Pendidikan di sekolah khususnya perangkat sekolah seperti guru biasanya selalu memberikan dorongan-dorongan kepada siswa untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa menjadi pribadi yang percaya diri dan memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Berdasarkan dari pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu faktor yang berasal dari internal dan dari faktor eksternal. Oleh sebab itu, setiap individu memiliki kepribadian
Peran Aqidah Akhlaq dalam Meningkatkan Self Esteem Peserta Didik
Mata pelajaran Aqidah Akhlak menekankan prinsip keimanan dan akhlak seseorang. Oleh sebab itu, materi yang terkandung dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan self esteem peserta didik. Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan diri serta menghargai diri sendiri.
Dalam Al Qur’an surat Ali Imran : 139 Allah SWT berfirman:
Artinya : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Dijelaskan juga dalam Al Qur’an Surat Fusshilat : 30
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Dalam Al Qur’an Surat At Tin ayat 4 dijelakan:
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
Potongan Ayat-ayat Al Qur’an di atas mengandung pendidikan nilai yang selaras dengan konsep self esteen. Surat Ali Imran ayat 139 dan Fusshilat : 30 di atas menjelaskan agar kita jangan bersikap lemah, takut dan bersedih hati. Dalam Surat At Tin ayat 4 dijelaskan bahwa manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk. Dengan kata lain, ayat-ayat tersebut menerangkan bahwa sebagai manusia kita harus kuat, percaya diri dan selalu gembira.
Pembelajaran Aqidah Akhlak pada tataran ini harus mengacu kepada pesan-pesan tersurat dalam ayat-ayat tadi. Internalisasi karakter harus dibangun dengan sungguh-sungguh melalui pembelajaran Aqidah Akhlak yang menempatkan peserta didik sebagai manusia yang memiliki segudang kemampuan. Manusia dibekali akal budi yang diberikan keleluasaan untuk memilih mana yang haq dan bathil.
Penulis : Eni Musyarofah, M.Pd, Guru MTs Miftahul Ulum Kebun Baru, Pamekasan, Madura, Jawa Timur